Penggunaan  Ampas Tahu Sebagai Bahan Pakan

Penggunaan  Ampas Tahu Sebagai Bahan Pakan

Ransum merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produksi. Biaya yang di keluarkan untuk pemberian ransum adalah 70% dari total biaya produksi (Listiyowati dan Roospitasari, 1992). Tingginya biaya produksi ini perlu di tanggulangi dengan menyusun ransum sendiri dengan memanfaatkan bahan-bahan yang mudah di dapat, dengan harga yang relatif lebih murah, tetapi masih mempunyai kandungan gizi yang baik untuk produksi dan kesehatan ternak itu sendiri (Mairizal, 1991).

Ampas tahu adalah salah satu bahan yang dapat di gunakan sebagai bahan penyusun ransum. Sampai saat ini ampas tahu cukup mudah di dapat dengan harga murah, bahkan bisa di dapat dengan cara cuma-cuma

Di tinjau  dari  komposisi  kimianya  ampas  tahu  dapat  di gunakan sebagai sumber protein. Mengingat kandungan protein dan lemak pada ampas tahu yang cukup tinggi. 

Ampas tahu yang merupakan limbah industri tahu memiliki kelebihan, yaitu kandungan protein yang cukup tinggi (Masturi et al. 1992).

Namun ampas tahu memiliki kelemahan sebagai bahan pakan yaitu kandungan serat kasar dan air yang tinggi. Kandungan serat kasar yang tinggi menyulitkan bahan pakan tersebut untuk di cerna itik dan kandungan air yang tinggi dapat menyebabkan daya simpannya menjadi lebih pendek ((Masturi et al., 1992 dan Mahfudz et al., 2000). 

Ampas tahu memiliki kadar air dan protein yang cukup tinggi sehingga bila disimpan akan menyebabkan mudah membusuk dan berjamur. Pengolahan ampas tahu sebagai tepung dapat di lakukan dengan cara penjemuran atau dengan pengeringan dengan sinar matahari atau dengan oven pada suhu 45-50°C, kemudian di giling sampai menjadi tepung (Sudigdo, 1983).

Bila mengawetkan ampas tahu secara basah dapat di lakukan dengan pembuatan silase tanpa menggunakan stater. Terlebih dahulu ampas tahu di kurangi kadar airnya dengan cara di pres sampai kadar air mencapai kira-kira 75%. Lalu di simpan dalam ruang kedap udara atau plastik tertutup rapat supaya udara tidak dapat masuk. Setelah tertutup di simpan minimal 21 hari dan di gunakan sesuai dengan kebutuhan. Penyimpanan dengan cara pembuatan silase dapat mengawetkan ampas tahu sampai 5-6 bulan (Dinas Peternakan Propinsi Jawa Barat, 1999).

 

Sumber:

http://disnak.jatimprov.go.id

 

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.