Populasi Domba di Indonesia

Populasi domba di Indonesia tahun 2000-2004 adalah 7,4-8,2 juta ekor dengan rata-rata peningkatan per tahun terbilang lambat (2,21%). Ternak ini sebagian besar terdapat di Jawa (86,6%), dengan penyebaran 52,11% di Jawa Barat, 28,17% di Jawa Tengah, dan 19,72% di Jawa Timur. Domba tersebut terdiri atas domba ekor tipis (DET) dan domba ekor gemuk (DEG). Domba DET umumnya terdapat di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Sementara domba DEG umumnya terdapat di Jawa Timur. Secara umum, domba-domba tersebut

mempunyai tingkat daya adaptasi yang baik pada iklim tropis dan beranak sepanjang tahun. Ukuran tubuhnya relatif kecil dan warna bulunya beragam. Secara spesifik, kedua bangsa domba tersebut memiliki beberapa karakteristik khusus,
sebagai berikut.

1. Domba ekor tipis

Populasi Domba ekor tipis merupakan domba asli Indonesia, dikenal sebagai domba lokal, domba kampung, atau domba kacang karena tubuhnya yang kecil. Asal-usul domba ini tidak jelas dan banyak dijumpai di daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah. Konsentrasi domba ekor tipis terbesar terdapat di Propinsi Jawa Barat. Karakteristik domba lokal di antaranya bertubuh kecil, lambat dewasa, berbulu kasar, tidak seragam, dan hasil daging relatif sedikit. Pola warna bulunya sangat beragam, dari bercak putih, cokelat, hitam, hingga warna polos putih dan hitam. Bobot dewasa dapat mencapai 30-40 kg pada jantan dan 20-25 kg pada betina dengan persentase karkas

berkisar antara 44-49%. Ekor pada domba lokal umumnya pendek dengan ukuran panjang rata-rata 19,3 cm, lebar pangkal ekor 5,6 cm, dan tebal 2,7 cm. Domba ekor tipis merupakan domba prolifik. Rata-rata jumlah anak per kelahiran (litter size) domba ekor tipis di Jawa Barat adalah 1,79, sedangkan domba ekor tipis dari Sumatera adalah 1,54. Strain dari domba ekor tipis yaitu domba priangan yang diseleksi untuk domba tangkas, disebut domba garut.

Baca : Perluas usaha dengan bermitra!

2. Domba ekor gemuk

Domba ekor gemuk merupakan domba berekor panjang dengan 14 ruas tulang ekor atau lebih, gemuk di tengah dan bagian bawah ekor. Bentuk ekor dan gumpalan gemuk ini jarang sekali didapatkan pada bangsa domba lain. Ciri khas domba ini adalah bentuk ekornya yang panjang, lebar, dan besar; tetapi mendadak kecil pada ujungnya yang merupakan tempat penyimpanan lemak. Cadangan lemak ini untuk pertahanan atau pemeliharaan tubuhnya pada waktu musim paceklik. Bulu domba ini kasar dan gembel. Domba jantan maupun betina tidak bertanduk. Berat jantan dewasa antara 50-70 kg, sedangkan betina antara 30-40 kg.

Ciri-ciri domba ekor gemuk antara lain kepala terlihat besar, ringan, dan berbentuk cembung. Bagian di sekitar mata berwarna putih dan tidak ada noda hitam pada bibir mulut. Selain itu, telinga panjang dan kecil, daun telinga tumbuh ke arah samping dan mendatar, leher panjang dan bergelambir, pinggul membulat, serta keempat kakinya kokoh dan kuat. Ekornya panjang, lebar, besar, dan kecil pada ujungnya. Ekor membelok ke belakang dan jarang yang memanjang ke bawah.

Domba ekor gemuk memiliki daya adaptasi yang sangat baik terhadap berbagai lingkungan agrosistem, terutama di daerah beriklim kering. Di Indonesia, domba ekor gemuk telah berkembang biak dengan baik di Pulau Sapudi, Madura, Pantai Utara Jawa Timur, Lombok, dan Gorontalo. Tujuan utama domba ekor gemuk adalah untuk diambil dagingnya. Domba Ekor Gemuk tampak lebih baik di wilayah yang lebih kering. Penimbunan lemak di bagian ekor pada domba ekor gemuk untuk penyimpanan energi pada saat musim kering ketika konsumsi pakan biasanya rendah.

Baca juga : Mengapa qurban tidak di malam hari!

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.