Inovasi Proses Autoclave, Daging Awet Tanpa Pengawet

Inovasi Proses Autoclave, Daging Awet Tanpa Pengawet

Berkurban di hari raya identik dengan Lebaran Haji dan makan-makan daging, ini memang sangat dianjurkan bagi kaum Muslim yang berkecukupan. Biasanya, setiap tahun penyembelihan hewan kurban diselenggarakan di masjid atau tempat penyembelihan khusus (abatoar), kemudian dagingnya akan dibagi-bagikan kepada mereka yang membutuhkan.

Namun, biasanya tidak semua penerima daging kurban memiliki lemari pendingin untuk mengawetkan dagingnya. Ini menyebabkan mereka harus langsung memasak daging di hari yang sama. Pasalnya, daging yang biasanya dibagikan dalam kantong plastik ini rentan terkontaminasi mikroba dan bakteri berbahaya lainnya. Akibat proses distribusi daging yang tidak steril dan riskan tercemar selama perjalanan.

Mitra Tani Farm (MT Farm), salah satu pelaku UMKM yang bergerak di bidang peternakan hewan untuk kurban, akikah, dan produk turunan dari kulit kambing/sapi ini mulai melakukan terobosan baru. Mereka mengemas daging hewan kurban maupun akikah dalam kemasan kaleng, dengan harga bersaing dan kualitas daging yang tetap terjaga dengan baik.

Dengan mengusung produk berupa domba unggulan, MT Farm memulai inovasi produk daging dalam kemasan kaleng dengan berbagai varian rasa. Mulai dari rendang domba, gulai domba, hingga tongseng, kari, dan tengkleng. Daging diproses dengan autoclave dan bisa tahan hingga 3 tahun.

Asep dan produk-produk keluaran Mitra Tani Farm. Foto: (doc/MNEWS)

Asep dari MT Farm menjelaskan bahwa peternakan domba yang bergerak di bidang akikah dan kurban ini merupakan produk asli Bogor. Usahanya mulai merambah ke pengalengan daging yang siap santap (ready to eat).

“InsyaAllah pertama kita rendang dulu (dagingnya). Untuk selanjutnya, katakanlah satu ekor domba dagingnya dibuat olahan rendang domba, gulai domba, dan sebagainya,” ujar Asep kepada MNEWS saat ditemui di pameran UMKM di JCC Senayan, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Asep mengatakan bahwa proses autoclave ini mirip dengan proses sterilisasi yang dilakukan dengan panci tekan (presto). Selama kemasan tetap steril dan tidak ada kebocoran, daging bisa awet bertahun-tahun tanpa harus disimpan dalam lemari pendingin.

“Sudah di-training juga berapa suhunya, tanpa bahan pengawet, melalui proses sterilisasi autoclave atau ibu-ibu biasa mengenalnya dengan ‘presto’. Selama tidak ada kebocoran dan menggembung, bisa tahan 3 tahun walaupun tidak di dalam kulkas. Bisa juga akikah dan kurban dengan metode pengalengan. Kalau kurban ketika dagingnya di masukkan ke dalam kantung plastik, sangat rentan dengan mikroba. Namun saat dikalengkan, kirim kurban ke luar negeri bisa bertahan tahan lama,” pungkasnya.

Daging domba kalengan siap santap produksi Mitra Tani Farm. Foto: (doc/MNEWS)

Proses sterilisasi dengan autoclave biasa digunakan untuk mensterilkan alat-alat medis. Autoclave menggunakan tekanan uap panas dengan suhu sekurang-kurangnya 121 derajat Celcius. Alat yang sudah dikenal sejak tahun 1879 silam hasil pemikiran Charles Chamberland ini efektif untuk mematikan mikroba atau patogen pada unsur logam.

Dengan jumlah pegawai berjumlah 4 orang, MT Farm bisa memproduksi 500 kaleng per harinya. Satu olahan daging domba kemasan kaleng dibanderol dengan harga Rp 60 ribu.

MT Farm menerapkan zero waste dalam setiap produksi daging domba kalengannya. Artinya, tidak ada bagian dari domba yang terbuang. Asep mengatakan bahwa biasanya daging domba diolah menjadi rendang, tongseng, dan kari, sedangkan kaki domba diolah menjadi tengkleng, iganya dibuat jadi sop, dan jeroannya diolah menjadi gulai.

Kulit domba dibuat aneka kerajinan kulit, mulai dari dompet senilai Rp 30 ribu sampai dengan harga Rp 100 ribu, kemudian di buat pula sepatu, tas, sarung tangan, hingga jaket kulit yang  berkualitas premium dengan harga bisa mencapai Rp 1.750.000,-.

Membangun Usaha Peternakan Mulai Dari Nol

Membangun Usaha Peternakan Mulai Dari Nol

Segala Puji Bagi ALLAH Yang Melapangkan Rizki bagi hamba-hambaNYA yang berusaha dan bersabar.

MT Farm merintis usaha peternakan dimulai dengan usaha penjualan saat menjadi mahasiswa. Keberhasilan usaha awal tsb mendorong perintisnya untuk membangun sebuah peternakan yang saat ini memiliki lahan seluas 1.5 Ha di Kab. Bogor.

Kiat-kiat yang diterapkan oleh pendiri MT Farm sangat layak untuk diterapkan, silakan simak videonya.

Sumber video : Liputan Dzat Channel (https://goo.gl/6fsjgJ)

=====

CV. Mitra Tani Farm
Jl. Baru Manunggal 51 No. 39 Rt 04/05 Tegalwaru , Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat 16620
0851 0013 9887  (Telp./SMS)
085773333210  (WA)

Online Media :
https://mitratanifarm.co.id
https://www.instagram.com/mitratanifarm
https://www.facebook.com/mitratanifarm

Kuliah Sambil Kerja Bisa Aja, Asal…..

Kuliah Sambil Kerja Bisa Aja, Asal…..

JAKARTA – Bekerja atau membuka usaha sendiri? Dilema ini yang mungkin menghantui para mahasiswa jelang kelulusan. Ternyata, keduanya bisa dilakukan secara bersamaan.

Demikian disampaikan Pemilik PT (admin: seharusnya “CV”) Mitra Tani Farm Budi Susilo Setiawan saat Studium  Generale ‘Pembekalan Karir Prawisuda Sarjana’ Institut Pertanian Bogor (IPB). Menurut Budi, meniti karier dengan bekerja pada orang lain sambil berwirausaha adalah pilihan yang lebih baik daripada bekerja atau berwirausaha saja.

“Namun ada syaratnya dan harus ada prioritas. Jika kalian masih kuliah dan sambil berwirausaha, maka kuliah harus jadi prioritas utama. Sementara berwirausaha prioritas selanjutnya,” ujar Budi, seperti disitat dari siaran pers yang diterima Okezone, Selasa (19/11/2013).

Senada dengan Budi, Direktur PT Multi Azam Sejahtera Achmad Iman menyebut, kuliah sambil beriwusaha dapat berjalan seimbang selama mahasiswa bisa membagi waktu dan berkorban.

“Jika ingin berpenghasilan lebih, maka harus memiliki penghasilan tambahan dengan berwirausaha dan harus ada yang dikorbankan. Misalnya waktu,” imbuh Achmad.

Dia menambahkan, para lulusan harus mencintai setiap pekerjaan yang ditekuni kelak. “Jika kalian ingin meniti pekerjaan dengan bekerja pada perusahaan, maka cintailah pekerjaan itu. Dengan mencintai itu bentuk rasa syukur kita kepada Allah SWT,” tuturnya.

Sementara itu, Direktur Utama PT. Riset Perkebunan Indonesia (RPN) Didiek Hadjar Goenadi berbagi sejumlah pesan kepada para lulusan yang akan segera memasuki pintu gerbang dunia kerja.

“Pertama, Kalian harus bisa mengembangkan diri. Kedua, memiliki semangat dalam rangka meraih hasil terbaik, bekerja keras, pantang menyerah dan gunakanlah teknologi guna mencapai keuntungan yang berkelanjutan,” kata Didiek.

 

Sumber : news.okezone.com

Formulasi Strategi Peningkatan Produksi Domba CV Mitra Tani Farm, Ciampea, Bogor

Formulasi Strategi Peningkatan Produksi Domba CV Mitra Tani Farm, Ciampea, Bogor

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk memformulasikan strategi peningkatan produksi domba di CV Mitra Tani Farm (CV MT Farm), Ciampea, Bogor. Pendekatan penelitian yang diterapkan adalah analisis deskriptif yang dilakukan dengan mempelajari permasalahan dari objek yang diteliti. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Penelitian dilakukan menggunakan alat analisis berupa pemetaan rantai nilai,  matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE (External Factor Evaluation), SWOT, dan QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix).

Hasil analisis rantai nilai diketahui bahwa produksi domba di CV MT farm saat ini sangat tergantung dari pasokan mitra dan petani internal. Hasil IFE dan EFE diperoleh selisih nilai tertimbang masing-masing sebesar 2,120 dan 0,686 maka diperoleh posisi perusahaan dalam matrik SWOT berada pada kuadran I.

Oleh karena itu, perusahaan disarankan untuk menggunakan strategi pertumbuhan. Urutan prioritas strategi berdasarkan QSPM adalah (1) meningkatkan jumlah bakalan, (2) pengembangan manajemen, (3) memperkuat modal dan kepemilikan, (4) meningkatkan kualitas melalui teknologi. Hasil perhitungan gross profit margin diketahui keuntungan yang diperoleh CV MT farm setiap tahunnya jika meningkatkan penjualan domba mencapai 1000 ekor/bulan adalah sebesar 40,34% dari total produksi.

Kata kunci: MT Farm, produksi domba, strategi, SWOT, QSPM, gross profit margin

ABSTRACT

This research was conducted to formulate to increase the sheep production at CV Mitra Tani Farm (CV MT Farm), Ciampea, Bogor. The research was conducted using descriptive analysis by analyzing the problem experienced by CV. MitraTani Farm. Primary data and secondary data were gathered at this research. The research was also conducted using several analytical methods such as value chain mapping, internal factor evaluation (IFE) and external factor evaluation (EFE) matrix, SWOT and quantitative strategic planning matrix (QSPM).

Based on the value chain analysis, the current production of sheep at CV MT farm is highly depending on the supply from its partners and internal farmers. According to the IFE and EFE results, the differences of each weighted values were respectively 2,120 and 0,686 so the position of the company in the SWOT matrix was situated at Quadrant I.

Therefore the company needs to use a growth strategy. The QSPM sequenced the strategy priority as follow (1) increasing the number of lambs, (2) developing the management, (3) strengthening the capital and ownership, (4) improving the quality through technology. The result of the gross profit margin calculation, if the sheep‘s selling is increased up to 1000 sheep per month then the possible annual profit that can be earned by CV MT farm is 40,34% of the total production.

Keywords: MT Farm, sheep production, strategies, SWOT, QSPM, gross profit margin

Full Text:

FULL TEXT (Tekan disini untuk mendownload)

DOI: https://dx.doi.org/10.17358/jma.9.2.77-85

Sumber :

https://journal.ipb.ac.id

https://sinta1.ristekdikti.go.id

https://www.neliti.com